You are currently viewing Ibu Guru Kembar Berjuang Putuskan Rantai Kemiskinan

Ibu Guru Kembar Berjuang Putuskan Rantai Kemiskinan

Sepanjang 33 tahun, ibu guru kembar ini berusaha memutuskan rantai kemiskinan dengan membangun sekolah gratis untuk beberapa anak marjinal di Jakarta.

Situs slot online Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pendidikan sesesuatu waktu bisa memutuskan rantai kemiskinan.”

Cuplikan kalimat tersebut yang dipercaya oleh Sri Irianingsih (Ibu Rian) dan Sri Rossyati (Ibu Rossy), ibu guru kembar yang dikenali jadi pengajar beberapa anak terlantar dan orang miskin di teritori Jakarta Utara.

Situs slot terpercaya Sepanjang 33 tahun, persisnya semenjak 4 Februari 1990, ke-2  ibu guru ini membangun Sekolah Genting Kartini yang ditujukan untuk beberapa anak marjinal di Jakarta. Saat itu, Rossy menerangkan kondisi di mana banyak anak tidak sanggup bersekolah dan kelaparan. Rossy menyaksikan, beberapa anak itu sampai ambil makanan di tong sampah untuk sesuap nasi.

Di sanalah hati mereka terdorong. Diawali dengan memberikan makanan ke beberapa gubuk tempat mereka tinggal, Rossy dan Rian juga pada akhirnya ikut mengajarkan beberapa anak menulis dan membaca supaya mereka tidak hidup di jalan dan jadi tukang minta-minta.

Singkat kata, ke-2 nya membangun beberapa sekolah genting yang berdiri di bawah kolong jembatan layang atau di kolong tol di Pluit dan Ancol. Pucuknya pada tahun 2000, ada lima sekolah sukses dibangun kemampuan sampai capai 3.000 siswa, dari tingkat TK sampai SMA.

“Makin lama makin baik Indonesia. Semua anak bisa beragam kartu seperti Kartu Jakarta Pandai (KJP), PKH, dan kontribusi secara langsung tunai (BLT) asal punyai KTP dan KK. Mereka saat ini telah terjamah kontribusi itu . Maka Alhamdulillah dapat sekolah di sekolah negeri,” kata Rossy ke DW Indonesia.

Dengan demikian, katanya, siswa Sekolah Genting Kartini berangsur berkurang. “Ini pertanda baik malah kami suka pertanda telah banyak yang dapat sekolah,” sambungnya.

Ibu guru kembar sulap garasi menjadi ruangan kelas
Di Ancol, Sekolah Genting Kartini berdiri di tempat punya PT. KAI selebar 15×25 mtr. persegi yang dipisah jadi kelas dan ruangan penyimpanan alat ketrampilan alat musik, computer dan beberapa alat bengkel. Kelasnya, terbagi dalam PAUD, TK, SD dan SMP. Setiap kelas terbagi dalam 36 meja dan kursi.

Tempat garasi dan ruangan tamu tempat tinggal individu mereka yang berada di Kelapa Gading disihir jadi ruangan kelas yang terbagi dalam tingkat PAUD dan penyiapan TK. Di taman, tutur Rossy, ada beragam jenis bermainan seperti ayunan, jungkat jungkit dan sarana kolam renang. Sementara ruangan tamu berisi komputer-komputer untuk belajar ketrampilan beberapa pelajar SMA.

Semua gratis, siapa saja dapat masuk. Asal tidak sanggup. Siswanya sebagai anak tukang sapu, tukang sampah, anak beres-beres, siapa saja dapat.” tutur Rossy.

Dari 2 sekolah yang terdapat, Rossy menjelaskan tinggal 100 siswa tingkat SD sampai SMP yang bersekolah di cabang Ancol dan 50 siswa di cabang Kelapa Gading – semua gratis tanpa diambil ongkos.

Semua gurunya bekerja secara suka-rela. Beberapa salah satunya bahkan bekerja di beberapa perusahaan besar di Jakarta.

Sementara keperluan yang lain seperti seragam, transportasi dan lauk-pauk beberapa siswa disanggupi dari kantong individu ibu guru Rossy dan Rian yang didapat hasil dari sewakan apartemen dan beberapa aset warisan keluarga.

Ingin rantai kemiskinan beberapa siswa dapat terputus
Di sekolah, beberapa siswa diberi beragam ketrampilan untuk langsung bisa bekerja seperti bengkel, mengganti oli, bersihkan busi, memasangasi listrik, menjahit, bersihkan rambut dan cukur rambut.

“Kami ingin beberapa anak sekurang-kurangnya dapat baca catat, berhitung dan dapat raih mimpi semakin tinggi kembali,” katanya.

Seringkali, alumni Sekolah Genting Kartini raih keberhasilan. Salah satunya jadi polisi, tentara, banker, bartender, guru, mengajarkan dan bekerja di wilayah Sudirman – merujuk Jalan Sudirman pusat perkotaan usaha – di Jakarta.

Saat ulang tahun sekolah, sebagian besar siswa terhitung beberapa alumni tiba, bawa oleh-olehan untuk adik-adiknya mulai dari kue tart, buah, ikan dan kornet.

“Saya mengucapkan syukur dapat diberi peluang untuk mengentaskan kemiskinan dan ketidaktahuan. Mereka tidak cari makanan di tong sampah kembali. Ini kebahagiaan yang tidak dapat dipandang uang, saya tidak dapat mengutarakan dengan kata-kata. Benar-benar berbahagia menyaksikan mereka,” tutur Rossy.